MAUMERE-LENTERAPOS, Perusahaan Umum Daerah (Perumda) air bersih Wair Pu’an berhasil membukukan penerimaan bersih sebesar Rp. 5,058 miliar per tanggal 29 Oktober 2024.
Nilai tersebut terakumulasi dari beberapa pos penerimaan yakni; tagihan rekening air dana meter pelanggan, tagihan piutang pelanggan, kegiatan sambungan rumah dan sisa lebih penyertaan modal sebesar Rp.179 juta dalam 2 tahun terakhir.
“Ini pencapaian yang sangat luar biasa atas kerja keras seluruh insan Perumda Wair Pu’an , termasuk dukungan dari pihak Kejaksaan Negeri Maumere untuk mengatasi piutang pelanggan,” ujar Direktur Perumda Wair Pu’an, Fransiskus Laka, ST., MT., Rabu, 30/10/2024.
Dikatakan, saat menjabat sebagai direktur untuk periode kedua pada 22 November 2022, posisi kas Perumda Wair Pu’an sebesar Rp. 553 juta lebih. Sebelumnya, pada saat masa jabatan periode pertamanya selesai, posisi kas Perumda Wair Pu’an yang ia tinggalkan sebesar Rp.1,7 miliar. Jumlah tersebut terus mengalami penurunan selama beberapa bulan ia tidak menjabat.
“Setelah saya menjabat kembali pada 22 November 2022 untuk periode kedua, kami melakukan beberapa terobosan untuk meningkatkan penerimaan termasuk efisiensi pengeluaran belanja. Dan setelah 2 tahun, posisi kas Perumda Wair Pu’an saat ini sebesar Rp. 5,058. Ini setelah dikurangi biaya rutin. Saya optimis angka ini bisa kita pertahankan hingga akhir 2024,” jelasnya.
Dikatakan, pembiayaan rutin Perumda Wair Pu’an setiap bulan sekitar Rp.1,1 miliar. Itu terdiri dari belanja gaji pegawai, listrik dan maintenance 16 sumur pompa yang ada. “Untuk biaya listrik dan maintenance 16 sumur pompa yang ada setiap bulan sekitar Rp. 300 jutaan,” ujarnya.
Semestinya kata Frans Laka, penerimaan kas bisa lebih tinggi bila saja tidak ada subsidi untuk unit pelayanan air minum Instalasi Kota Kecamatan (IKK) Kecamatan Nele dan Koting. Untuk 2 kecamatan tersebut, setiap bulan Perumda Wair Pu’an mesti mensubsidi setiap bulan sebesar Rp.100 juta untuk operasional. Kalau setahun bisa Ep.1,2 miliar lebih.
Untuk tarif air Perumda Wair Pu’an saat ini sebesar Rp.4.800/kubik. Tarif tersebut termasuk relatif lebih rendah dibandingkan beberapa kabupaten lain di NTT. Jika perhitungan ekonomis dengan keuntungan (nol) untuk Perumda Wair Pu’an, maka tarif air semestinya Rp.6.900/kubik.
“Kalau seandainya mau diperhitungkan dengan keuntungan 10% dari biaya produksi, maka tarif air harus sebesar Rp.12.600/kubik. Pemakaian air rumah tangga masyarakat kita dalam sebulan rata rata 12-15 kubik,” jelasnya.
Dengan pencapaian tersebut Frans bersyukur bisa membuat Perumda Wair Puan bertahan sejauh ini. Sebab, bila dibandingkan dengan perusahaan daerah air minum di NTT, operasional Perumda Wair Pu’an terbilang paling besar lantaran masih bergantung pada 16 sumur pompa.
“Mudah mudahan bila Waduk Napun Gete sudah bisa beroperasi dan kebutuhan air bersih di beberapa wilayah sudah bisa terpenuhi dari Napun Gete, maka penerimaan Perumda Wair Pu’an otomatis bertambah karena kita bisa mengurangi penggunaan sumur pompa yang ada,” tandasnya. (ADV)