MAUMERE-LENTERAPOS, Kabupaten Sikka sedang berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies menyusul melonjaknya kasus gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) yang mencapai 510 kasus dengan 2 pasien korban gigitan meninggal dunia dinyatakan positif rabies.
Hasil pemeriksaan Laboratorium Veteriner Dinas Pertanian Kabupaten Sikka terhadap 25 sampel otak anjing selama periode Januari-Maret 2024, 15 sampel diantaranya positif rabies.
15 sampel positif rabies tersebut diperoleh dari sejumlah wilayah yakni; dari Desa Riit, Desa Ladolaka, Desa Nele Lorang, Desa Watumilok, Desa Nitakloang, Desa Paubekor, Desa Heopuat, Desa Watudiran, Desa Wolonterang, Desa Nitunglea, Desa Rokirole, Desa Ladolaka, Kelurahan Kota Uneng dan Kelurahan Wolomarang.
Mirisnya, ditengah lonjakan kasus gigitan HPR dan 15 sampel otak anjing positif rabies, stok vaksin HPR tersisa 1.200 dosis. Rencananya, 1.200 vaksin HPR ini akan difokuskan untuk vaksinasi di wilayah Kecamatan Palue saja.
Melihat kondisi tersebut, sungguh naif jika kita tidak merasa panik. Bila disandingkan dengan total populasi anjing di Kabupaten Sikka saat ini yang mencapai 55 ribu ekor (Data Distan Sikka), tentu saja 1.200 dosis itu sangat tidak sebanding.
Dari total 55 ribu ekor populasi anjing tahun 2023, baru sekitar 21 ribu ekor lebih yang divaksin HPR, itupun divaksin pada tahun 2023 lalu. Masih sekitar 30 ribu ekor lebih yang belum divaksin.
Apa lagi vaksin pada HPR itu ada jangka waktunya. Ada yang bertahan 6 bulan dan harus divaksin kembali setelah vaksin awal, ada yang setahun baru divaksin kembali. Tergantung jenis vaksinnya.
Kita tentu tidak bisa bersandar pada kondisi 1.200 vaksin HPR yang tersisa, bantuan dari ikatan dokter hewan dunia (WOAH), sebab itu hanya disiapkan untuk Kecamatan Palue yang total populasi anjingnya sekitar 1000 ekor lebih.
Pun demikian pada 10.700 dosis vaksin HPR, pengadaan oleh Pemkab Sikka melalui Dana Alokasi Umum (DAU) tahun 2024 yang masih berproses. Itu hanya cukup untuk 10.700 ekor saja. Sebab total rata rata populasi (anjing) di Kabupaten Sikka setiap tahun sekitar 50-55 ribu ekor.
Belum lagi jumlah tenaga kesehatan hewan yang tidak sebanding. Saat ini, Distan Sikka hanya memiliki 10 dokter hewan medik veteriner dan 29 paramedik veteriner yang melayani kesehatan hewan termasuk menjalankan vaksinasi HPR untuk seluruh Kabupaten Sikka termasuk melayani rumah pemotongan hewan dan laboratorium veteriner Distan Sikka.
Kita tentu perlu “membangunkan” rasa panik dalam diri kita masing masing, agar lebih acuh terhadap situasi ini. Kita sebagai pemilik HPR (anjing, kucing dan monyet) agar bisa secara bijak menyayangi hewan piaraan kita.
Salah satunya yakni menjamin kesehatan HPRnya dengan melakukan vaksinasi HPR, Abai terhadap arahan petugas dan tidak masa bodoh. Bukankah hewan piaraan kita adalah makhluk hidup yang juga berhak mendapatkan penghidupan yang layak dari tuannya?.
Dengan menjamin kesehatan hewan piaraan kita, kita telah bertanggung jawab terhadap keselamatan kita dan masyarakat disekitar kita. Tak hanya itu, kita sudah sangat membantu pemerintah dalam menekan kasus rabies di Kabupaten Sikka. (Redaksi)