MAUMERE-LENTERAPOS.ID, Generasi muda adalah elemen penting pembangunan suatu bangsa. Hal ini dikarenakan generasi muda memiliki fisik yang kuat, inovatif dan memiliki kreatifitas tinggi. Tanpa peran generasi muda, sebuah bangsa pasti akan sulit mengalami perubahan.
Setidaknya itu yang menjadi dasar lembaga nirlaba, ChildFund International-Indonesia dan Yayasan Flores Children Development (FREN) mengadakan pelatihan bagi puluhan pelajar SLTA dan Mahasiswa dari Kabupaten Sikka dan Flores Timur yang merupakan basis dampingan 2 lembaga tersebut.
Dalam kegiatan yang dilaksanakan selama 2 hari (18-19/02/2023) di Gading Beach Resort, Hewuli, Maumere, Kabupaten Sikka ini, para peserta dilatih cara mengasah soft skill mereka untuk menanggulangi masalah kekerasan terhadap anak dan krisis iklim.
Mereka dilatih bagaimana cara menganalisa, cara berkomunikasi untuk menyampaikan ide kritis serta memberikan solusi terhadap 2 masalah tersebut. Para peserta dibagi dalam 10 kelompok. Masing masing kelompok kemudian mempresentasikan hasil kerja mereka.
Pengelolaan Sampah di Pasar Tingkat
Kelompok 8 yang beranggotakan Valentina Gama (Siswi SMA Negeri 1 Maumere), Icha Kristiandi (Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial UNIPA) dan Glen (Mahasiswa ITFK Ledalero) dalam kegiatan tersebut menyoroti masalah sampah di pasar tingkat, Maumere.
Yang mana oleh mereka, sampah yang ada di pasar tingkat tidak dikelola dengan baik sehingga berdampak terhadap kondisi lingkungan sekitar dan terganggunya kesehatan masyarakat. Salah satu usul konkrit yang mereka sampaikan adalah intervensi pemerintah dalam hal penambahan fasilitas seperti bak penampung sampah dan kendaraan pengangkut sampah.
Selain itu, juga mengedukasi masyarakat dan pengguna pasar bagaimana mengurangi penggunaan kantong plastik saat belanja dan pemilahan sampah organik dan non organik.
Krisis Air di Desa Watumilok
Kelompok 4 yang beranggotakan Yosafat Yerianto, Maria Herliana dan Selviana mengangkat persoalan krisis air bersih di wilayah Desa Watumilok, Kecamatan Kangae. Dimana dalam analisis kelompok 4 bahwa, salah satu faktor yang menyebabkan krisis air di Desa Watumilok adalah penebangan pohon yang tidak terkontrol untuk lahan pertanian. Padahal, pohon sendiri penting sebagai penyimpan cadangan air. Krisis air itu juga berdampak pada usaha pertanian petani setempat.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka mereka akan berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat untuk bersama sama menemukan solusi. Selanjutnya akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian pohon pohon yang ada. Selanjutnya, juga akan dilakukan reboisasi lahan gundul.
Pemanasan Global
Sementara Melfian Leo Age (Mahasiswa Fakultas Hukum, UNIPA) dan Virginigerti Lusia H. Noning (Siswi SMAK Frater Maumere) dari kelompok 10 mengangkat isu tentang pemanasan global sebagai akibat dari menipisnya lapisan ozon. Dimana, salah satu faktor pemicu menipisnya lapisan ozon adalah efek rumah kaca dan gas buangan, termasuk penggunaan AC.
Solusi yang ditawarkan adalah melakukan penanaman pohon sebagai sumber oksigen (O2) alami. Dimana, pohon akan mengikat gas karbondioksida (CO2) untuk proses fotosintesis dan mengeluarkan O2 untuk manusia dan hewan. Fokus garapan mereka adalah melakukan sosialisasi ke sekolah sekolah dan penanaman pohon.

Dimas Pandista Nugraha
Berharap Terlibat Dalam Penyusunan Kebijakan Daerah
Project Development ChildFund, Dimas Pandista Nugraha memberikan apresiasi atas keaktifan serta kemampuan para peserta dalam menganalisa persoalan. Ia berharap, agar anak anak muda di Kabupaten Sikka bisa dilibatkan dalam penyusunan kebijakan daerah, terutama terkait dengan persoalan kekerasan terhadap anak dan lingkungan.
“Kita sedang menghadapi bonus demografi. Maka bila kita tidak menyiapkan generasi muda dan melibatkan generasi muda dalam pembangunan, maka generasi muda kita akan kalah bersaing dengan negara negara lain,” ujarnya. (VT)