MAUMERE-LENTERAPOS, Ketua Satgas Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Dr. Ir.Priatna Sasmita, M.Si., melakukan penanaman simbolis padi di lahan bukaan baru Perluasan Area Tanam (PAT) di Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, Kamis, 26/06/2024.
Adapun penanaman simbolis tersebut sebagai bentuk dukungan Satgas Pangan NTT terhadap Dinas Pertanian Peternakan dan Perkebunan (Distanbun) Sikka untuk mengoptimalkan Gerakan PAT guna mengantisipasi kerawanan pangan di Kabupaten Sikka.
Priatna Sasmita yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Standarisasi Instrumen Pangan (PSIP) Kementerian Pertanian RI, dalam kesempatan tersebut menyampaikan apresiasinya kepada Distanbun Sikka yang sudah memulai Gerakan PAT Kementan RI dengan melibatkan pihak TNI/POLRI dan petani.
Dikatakan, dalam 2 atau 3 bulan ke depan, Negara Indonesia bakal dihadapkan pada kondisi ketidaktersediaan pangan. Hal itu lantaran terjadinya terlambat tanam secara nasional pada musim tanam 2023/2024 yang mencapai 2 juta hektar.
“Bila diasumsikan dengan rata rata hasil 5 ton padi per hektar, maka kita sudah kekurangan 10 juta ton gabah kering giling, atau sekitar 6 juta ton beras setahun,” jelasnya.
Kebutuhan beras secara nasional setiap bulan sekitar 2,5 juta ton dan setahun bisa mencapai 30 juta ton. Untuk bisa memenuhi kebutuhan beras secara nasional setiap bulan, maka perlu menanam 1 juta hektar yang akan menghasilkan 5 juta ton setelah 3 bulan (masa panen).
“Akibat kemarau panjang pada musim tanam tahun 2023, kita tidak bisa tanam sekitar 2 juta hektar, luar biasa ini. Maka itu kita perlu mengantisipasi supaya kerawanan pangan tidak terjadi,” ungkapnya.
NTT Ditarget 75 Ribu Hektar PAT
Untuk mengantisipasi kerawanan pangan khususnya beras, Kementan RI kata Priatna, telah mengupayakan 3 program yakni; pemanfaatan lahan sawah tadah hujan, pemanfaatan lahan rawa-rawa, dan lahan sawah padi gogo.
Kementan RI kata Priatna, telah mengidentifikasi lahan potensial PAT di 34 provinsi untuk mengantisipasi kekurangan 2 juta hektar yang mengalami terlambat tanam. Provinsi NTT sendiri ditarget 75 ribu hektar lahan baru PAT untuk padi sawah tadah hujan maupun padi gogo. Untuk mendukung PAT ini, Kementan RI juga telah memberikan bantuan alsintan kepada para petani, termasuk di Sikka.
Antisipasi Kelangkaan Benih Bersertifikat
Priatna juga meminta kepada Distanbun Sikka untuk mengantisipasi kelangkaan benih padi bagi petani di Sikka. Ia mengatakan, ketersediaan benih padi bersertifikat masih menjadi salah satu masalah yang dihadapi para petani, selain pupuk dan air.
Untuk mengantisipasinya ketiadaan benih bersertifikat, petani bisa menggunakan benih dari hasil pertanahan petani sendiri. Menurutnya, proses penyiapan benih bukanlah hal yang susah. Caranya, pilih bulir tanaman yang seragam dan sehat untuk dijadikan benih.
Ia menjelaskan, ada 2 tipe benih padi, tipe hibrida yang tidak bisa ditanam ulang dan tipe inbrida yang bisa ditanam berulang ulang. Misalkan varietas ciherang yang dilepas pada tahun 2000 dan masih digunakan sampai saat ini.
“Saya minta para penyuluh lapangan bisa membrifing petani untuk bisa menggunakan benih dari pertanahan sendiri bila saja tidak ada benih bersertifikat. Asalkan cari yang seragam dan sehat,” jelasnya.
Meski demikian, ia mengatakan Kementan RI terus berupaya untuk melakukan introducing benih padi sawah dan padi gogo yang sesuai karakteristik wilayah masing masing termasuk di NTT yang karakteristik wilayahnya kurang air.
“Ke depan kita akan mencari varietas varietas baru yang sesuai dengan karakteristik wilayah di NTT, varietas yang produksinya bagus dan usianya lebih pendek,” ujarnya.
Target PAT 500 Hektar
Sementara itu, Kepala Distanbun Kabupaten Sikka, Jemy Satriawan Sadipun, SP., M.Si., menyampaikan, untuk Sikka, Distanbun mentargetkan PAT 500 hektar. Ada beberapa wilayah yang diidentifikasi potensial untuk PAT yakni; Kecamatan Waiblama, Talibura dan Mego.
Hingga Juni 2024 kata Jemy, Distanbun Sikka telah mengembangkan PAT sebanyak 102 hektar untuk periode tanam April – September 2024. Sementara untuk periode tanam Oktober 2024 – Maret 2025 masih berproses.
Dalam kesempatan tersebut, Jemy juga menyampaikan realisasi bantuan alsintan Kementan RI 2024 yang sudah terdistribusi ke kelompok tani baru baru ini.
“Kami menyampaikan terima kasih kepada pemerintah pusat melalui Kementan RI atas perhatian kepada petani petani di Kabupaten Sikka selama ini. Tetapi kami masih tetap berharap agar pemerintah pusat untuk tetap memperhatikan kami dan para petani di Kabupaten Sikka,” ungkapnya.
Sistem Jajar Legowo 4 : 1 Tipe 1
Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Magepanda, Gabriel Keli menjelaskan, varietas padi yang ditanam dalam kegiatan tersebut adalah varietas ciherang dengan usia 20 hari setelah semai.
Adapun penanaman menggunakan sistem jajar legowo pola 4 : 1 tipe 1 (4 baris tanaman dan 1 sisipan) dengan jarak tanam antar tanaman 25 cm x 25 cm.
Turut serta dalam tanam simbolis Gerakan PAT ini antara lain; Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang sekaligus PJ Satgas Ketahanan Pangan Kabupaten Sikka, Dr. Ir. Yulia Asni Kurniawati, M.S.i., Camat Magepanda, Cristianus Amstrong, Danramil Alok, Kapten CZi, Sunaryo, Kapolsek Alok, Iptu. Daniel M. Tunu, Penjabat Kepala Desa Woda Mude, Anggota DPRD Sikka dari Fraksi PKB, Petrus Woda dan Kepala Instalasi Pengujian dan Penerapan Standar Instrumen Pertanian Maumere, sejumlah tokoh masyarakat dan perwakilan kelompok tani di Kecamatan Magepanda. (VT)