Home / Nasional

Minggu, 23 Januari 2022 - 11:10 WIB

Temukan Dekomposer Lokal Jerami, Jurnalis Asal Bali Ini Terima Hak Paten Kemenkumham RI

BALI-LENTERAPOS.ID, Dr. I Nengah  Muliarta, S.Si, M.Si, CETP, jurnalis asal Kabupaten Klungkung, Bali ini berhasil mendapatkan sertifikat Hak Paten dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Kemenkumham RI).

Jurnalis yang juga Dosen Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa, Denpasar itu mendapatkan paten dengan nomor IDP000078474, setelah menemukan komposisi mikroba perombak Jerami (Dekomposer) yang merupakan mikroba lokal Bali.

Berbincang bersama lenterapos belum lama ini, Muliarta menjelaskan, dekomposer lokal Bali temuannya adalah hasil isolasi mikroba di wilayah Bali dengan  kandungannya adalah bakteri pseudomonas fluorescens dan jamur trichoderma harzianum serta jamur aspergillus niger.

Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Bali ini menjelaskan, dalam kondisi pengomposan yang optimal, kombinasi mikroba ini mampu mendekomposisi jerami padi dalam kondisi aerob dan mampu menghasilkan kompos matang berkualitas dalam waktu 35 hari dengan pembalikan 7 hari sekali.

Komposisi mikroba perombak  lokal Bali ini masing-masing memiliki rasio perbandingan 1/3 dari total mikroba yang ditambahkan.

Baca juga  Soal Vonis 2,6 Tahun Perkara 13 Anak Pekerja Pub, Ini Penjelasan PN Maumere 

‘Komposisi dekomposer ini memiliki kemampuan dalam mempercepat penguraian limbah jerami padi menjadi kompos yang dibutuhkan bagi kesuburan tanaman.

Lebih lanjut Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali periode 2014-2017 itu memaparkan, dekomposer pseudomonas fluorescens diisolasi dari rhizosphere bawang merah yang ditanam di Bali. Trichoderma harzianum diisolasi dari kotoran sapi Bali dan aspergillus niger diisolasi dari kotoran ayam Bali.

Pembuatan komposisi dekomposer diawali dengan melakukan seleksi terhadap enam komposisi dekomposer lokal. Seleksi dilakukan dengan mengimplementasikan kombinasi dekomposer pada 100 gram jerami padi yang dicacah dengan ukuran 2-5 cm dan dikomposkan dengan waktu 3 minggu.

Selanjutnya, komposisi dekomposer lokal yang memiliki laju pengomposan paling tinggi dipilih untuk digunakan sebagai bahan penelitian untuk membandingkan kemampuan dekomposisinya dengan dekomposer komersial. Dan ternyata komposisi pseudomonas fluorescens, trichoderma harzianum dan aspergillus niger menjadi salah satu mikroba perombak dengan laju pengomposan tertinggi.

Baca juga  Tulis Berita Tender Proyek Jaringan Air Ijukutu, Wartawan Media Online Di Sikka Diintimidasi

Hasil uji eksperimen komposisi dekomposer lokal Bali pada jerami padi menghasilkan kompos jerami padi dengan kualitas sesuai standar SNI. Komposisi mikroba ini memberikan kematangan kompos dengan rasio C/N mencapai 14,80.

”Mungkin ini menjadi komposisi mikroba lokal Bali yang pertama dibuat. Tentu masih banyak kombinasi mikroba lokal Bali yang dapat dibuat untuk membantu petani mengolah limbah jerami ataupun dapat dimanfaatkan untuk menguraikan sampah,” ungkap mantan Jurnalis VOA Suara Amerika ini.

Masih Perlu Pengujian

Meski demikian, Muliarta mengatakan jika prototipe temuannya itu masih harus diuji kembali.

“Ini kan baru prototipe sehingga masih perlu proses panjang lagi agar dapat dimanfaatkan oleh petani. Perlu pengujian panjang hingga pengemasan menjadi sebuah produk,” ujarnya.

Menurut Muliarta, selama ini jerami padi masih dipandang sebagai sisa tanaman yang mengganggu proses pengolahan tanah pada sistem usaha tani yang intensif sehingga  lebih banyak dibakar oleh petani.

Baca juga  Hanya Di Kabupaten Sikka Dana BTT Dipakai Beli Anjing Untuk RW dan Moke

Akibatnya mikroba yang berguna dalam proses biologis, seperti perombak bahan organik, pengikat nitrogen, dan mikroba yang memiliki fungsi biologis lain akan mati.

Padahal, jerami padi adalah salah satu bahan lignoselulosa terbaik yang menyediakan hara dan bahan organik tanah dengan cara diolah menjadi kompos.

Muliarta berharap, hasil temuannya itu dapat membantu mewujudkan pertanian organik di Bali.

“Adanya dekomposer lokal yang dapat mempercepat pengomposan maka produksi kompos juga menjadi semakin cepat, sehingga kebutuhan kompos untuk mewujudkan pertanian organik di Bali dapat terpenuhi,” tandasnya.

Selain hak paten komposisi mikroba perombak Jerami, alumni GMNI Bali ini juga telah mengantongi 7 sertifikat hak cipta. Enam diantaranya merupakan hak cipta menulis buku antara lain; Wajah Penyiaran Bali, Remeh Temeh Penyiaran Radio, Limbah Medis dan Pengelolaannya, Berkah Limbah Jerami Padi, Menyepikan Siaran dan Buku Riak Mimpi di Pulau Dewata. (VT/sejumlah sumber)

Share :

Baca Juga

Nasional

Menteri Teten Puji KSP Kopdit Obor Mas Pertahankan Performanya Disaat Dihajar Pandemi Covid-19 

Nasional

Paparkan Peta Jalan Indonesia Digital, Menkominfo Dorong Kadin Ambil Peran

Nasional

Universitas Budi Luhur Sukses Gelar Webinar Marketing Komunikasi di Era Society 5.0

Nasional

Kembangkan Teknologi Telekomunikasi, Menkominfo: Perlu Kolaborasi Ekosistem

Nasional

Suara Bae Dari Timur”, Manifesto Orang NTT Hadapi Krisis Iklim Global 

Nasional

Tampil Lebih Friendly, Lanal Maumere Punya Rest Area dan Mini Konservasi      

Nasional

SWYC UBL Jakarta Puji Keberanian Lesty Kejora Lapor Polisi soal Dugaan KDRT Rizky Billar 

Ekbis

Penduduk Miskin Kabupaten Sikka Tahun 2024 Berkurang 2000 Orang