MAUMERE-LENTERAPOS, Laboratorium Veteriner dan Klinik Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Sikka kembali menerima kiriman sampel otak anjing, Selasa 26/03/2024. Kali ini dari Desa Namangkewa, Kecamatan Kangae.
Menurut Lukas Lelen, pemilik anjing menjelaskan, selama ini anjingnya baik baik saja. Namun semenjak kemarin sore, ia mengamati anjingnya bersikap tidak seperti biasanya. Ia lalu menyiram anjingnya dengan 3 ember air.
“Saya berpikir sudah aman. Tapi tadi pagi saat pulang dari pasar, saya amati air liur anjing saya menetes terus. Saya mau pukul, anjingnya lari. Setelah itu saya ke Polsek Kewapante dan bertemu Kapolsek. Setelah saya konsultasi, bersama dengan petugas Polsek kemudian datang tembak anjing saya lalu sampelnya saya bawa ke sini,” jelasnya.
Sementara bagian badan anjingnya kata Lukas, sudah diambil oleh warga lain. “Sudah diambil dan sudah potong untuk makan,” jelas Lukas.
Sementara itu, Koordinator Laboratorium Veteriner Distan Sikka, drh. Ronaldo Makin, didampingi Kabid Kesehatan Hewan Distan Sikka, Albertus Moan Gobang, S.Pt., menjelaskan, dari gejala klinis yang dilaporkan pemilik anjing, kesimpulan sementara menuju ke rabies. “Namun untuk memastikannya, perlu pemeriksaan terhadap sampel otak anjingnya,” jelas Ronaldo.
Dikatakan, ada 2 metode pemeriksaan untuk memastikan rabies atau tidak. Pertama metode rapid test rabies; rapid test ini mirip rapid test pada manusia. Hanya perlu waktu 10 menit, hasilnya sudah bisa diketahui. Sayangnya, saat ini rapid test rabies stoknya habis.
Metode yang kedua yakni direct Rapid Immunohistochemistry Test (dRIT) rabies. Yakni pemeriksaan sampel otak anjing dengan 19 langkah kerja. Hanya saja, untuk dRIT rabies, membutuhkan sekitar 4 sampel otak anjing untuk sekali running, sehingga membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari untuk me-release hasilnya.
Tidak Disarankan Untuk Dikonsumsi
Terkait perilaku nekat masyarakat mengkonsumsi daging anjing meski anjing tersebut perubahan perilaku seperti bergejala rabies, Ronaldo menegaskan bahwa secara ilmu kesehatan, tidak disarankan bagi masyarakat untuk mengkonsumsi daging anjing yang sebelumnya menunjukan gejala tersebut.
Meski secara keilmuan virus rabies akan mati pada suhu 60 derajat celcius dalam 5 menit, namun perlu penegakan diagnosa melalui pemeriksaan di laboratorium untuk memastikan positif atau tidak.
Ronaldo menjelaskan, virus rabies menyerang sistem saraf dan berkembang biak di jaringan saraf otak dan sumsum tulang belakang dan selanjutnya bersarang di kelenjar saliva (kelenjar air liur). Dimana salah satu gejalanya adalah air liur anjing yang banyak meleleh.
“Kita tidak tahu apakah daging anjing tersebut dimasak sampai matang sempurna atau tidak. Apalagi saat pengolahan sebelum dimasak .Mungkin ada luka di tangan kita yang kita tidak tau yang justru menjadi jalan masuknya virus rabies. Atau percikan darahnya mengenai mata kita. Harus diingat bahwa virus rabies juga bisa masuk melalui membran mata kita,” jelasnya.
Untuk itu, ia berharap kepada masyarakat untuk lebih peduli pada keselamatan diri, keluarga dan masyarakat serta hewan piaraannya. Bila HPRnya belum divaksin, maka segeralah divaksin. Bila ada korban manusia yang tergigit, maka segera ke puskesmas untuk penanganan medis. (VT)